Penilaian Lokasi Pemasangan Rumpon Harus Memperhatikan :
a. Apakah daerah tersebut tidak merupakan alur pelayaran atau kepentingan lainnya seperti daerah suaka, atau daerah lainnya. Pemasangan rumpon tidak boleh dilakukan pada daerah perairan tersebut.
b. Apakah daerah tersebut tidak merupakan konsentrasi penangkapan ikan nelayan-nelayan yang tidak menggunakan rumpon, rumpon tidak boleh dipasang pada perairan tersebut.
c. Apakah daerah tersebut berbatasan dengan propinsi lain, untuk itu maka Dinas Perikanan dan Kelautan dari domisili pemohon izin rumpon ditujukan kepada propinsi tersebut.( Indah R. 2009).
C. Macam-Macam Rumpon
A. Berdasarkan pada posisi / letak pengumpul ikan :
1.. Rumpon permukaan
1.1. Rumpon laut dangkal yaitu di pasang pada kedalaman 20-100 meter untuk mengumpulkan jenis-jenis ikan pelagis kecl seperti : kembung, selar, tembang, japuh, layang dan lain sebagainya.
1.2. Rumpon laut dalam yaitu rumpon yang dipasang pada kedalaman 1200 – 3000 meter untuk mengumpulkan jenis-jenis ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang dan lain sebagainya yang berada di permukaan sampai pada kedalaman 60 meter dibawah permukaan laut. Pada posisi tertentu ikan tuna besar merupakan ikan yang dominan pada kedalaman lebih 100 meter, dibawah permukaan. Pada waktu tertentu (pagi hari dan sore hari) muncul ke permukaan perairan untuk mencari makanan. Pada kondisi ini di permukaan terdapat ikan kecil, misanya ikan layang, ikan tongkol dan lain-lainnya.
2. Rumpon Lapisan Tengah
3. Rumpon Dasar
B. Bedasarkan Kemenetapan Pemasangan Rumpon
1. Rumpon Menetap(memliki jangkar / pemberat berukuran besar) sehingga tidak dapat dipindahkan dan dipasang di perairan dalam dengan kondisi gelombang besar dan arus kuat, guna memikat / mengumpulkanjenis ikan pelagis besar.
2. Rumpon yang dapat dipindahkan (terbuat dari bahan yang relatif ringan) sehingga memungkinkan untuk diangkat / dipindahkan guna memikat / megumpulkan jenis-jenis ikan pelagis kecil.
C. Berdasarkan Tingkat Teknologi
1. Rumpon tradisional (teknologi sederhana) bahan-bahan pembuatan murah dan mudah didapat di sekitar lokasi pemasangan, biasa digunakan untuk perikanan sekala kecil. Penggunaan rumpon tradisional ini banyak ditemukan di daerah Mamuju (Sulawesi Selatan) dan Jawa Timur. Menurut Monintja(1993) rumpon banyak digunakan di Indonesia pada tahun 1980, sedangkan Negara yang sudah mengoperasikan rumpon diantaranya Jepang,Philipina, Srilanka, Papua Nugini dan Australia. Beberapa alasan iakan sering ditemukan disekitar rumpon
2. Rumpon modren, investasi relatif besar umumnya digunakan oleh
perikanan sekala besar / industri guna memikat / mengumpulkan jenis-
jenis ikan pelagis besar.
D.Berdasarkan
Pemasangan dan Pemanfaatan rumpon dibagi atas 3 jenis :
(a).
Rumpon perairan dasar
(b).
Rumpon perairan dangkal dan
(c).
Rumpon perairan dalam. Menurut Barus et al. (1992 menjelaskan
bahwa metode pemasangan dari rumpon laut
dangkal dan dalam
hampir
sama, perbedaannya hanya pada desain rumpon, lokasi
daerah
pemasangan serta bahan yang digunakan .
Rumpon laut
dangkal menggunakan bahan
dari alam
seperti
bambu, rotan, daun kelapa dan batu kali. Sebaliknya pada
rumpon laut dalam sebagian besa bahan yang
digunakan bukan dari
alam melainkan berasal dari buatan seperti bahan sintetis, plat besi,
ban bekas, tali baja, tali rafia serta semen.
Pemilihan
tempat pemasangan rumpon harus memiliki kriteria sebagai berikut :
1). Merupakan daerah lintasan migrasi ikan yang
menjadi penangkapan
2). Tidak menggangu alur pelayaran atau di daerah yang dilarang memasang rumpon
2). Tidak menggangu alur pelayaran atau di daerah yang dilarang memasang rumpon
3). Mudah untuk
mencari dan mencapainya
4). Relatif dekat dengan pangkalan kapal
5). Dasar perairan relatif datar
Bahan
yang digunakan bukan dari alam melainkan berasal dari buatan seperti bahan
sintetis, plat besi, ban bekas, tali baja, tali rafia serta semen.
Rumpon di Indonesia merupakan
Fish Aggregating Divice (FAD) skala kecil dan sederhana yang umumnya dibuat
dari bahan tradisional. Rumpon tersebut ditempatkan pada kedalaman perairan
yang dangkal dengan jarak 5 – 10 mil (9 – 18 km) dari pantai dan umumnya tidak
lebih dari 10 – 20 mil laut (35 km) dari pangkalan terdekat (Mathews, Monintja
dan Naamin, 1996).
Selanjutnya
Subani (1972) menyatakan bahwa cara pengumpulan ikan dengan ikatan berupa benda terapung merupakan salah
satu bentuk dari FAD, yaitu metode,
benda atau bangunan yang dipakai sebagai sarana untuk penangkapan ikan
dengan cara memikat dan mengumpulkan
ikan-kan tersebut. Rumpon merupakan alat bantu
penangkapan ikan yang fungsinya sebagai pembantu untuk menarik perhatian
ikan agar berkumpul disuatu tempat yang
selanjutnya diadakan penangkapan.
Prinsip
lain penangkapan dengan alat bantu rumpon disamping berfungsi sebagai
pengumpul kawanan ikan, pada hakekatnya
adalah agar kawanan ikan mudah ditangkap sesuai dengan alat tangkap yang
dikehendaki. Selain itu dengan adanya rumpon, kapal penangkap dapat menghemat waktu dan bahan
bakar, karena tidak perlu lagi mencari
dan mengejar gerombolan ikan dari dan menuju ke lokasi penangkapan.
Direktorat Jenderal Perikanan (1995) melaporkan beberapa keuntungan dalam
penggunaan rumpon yakni : memudahkan pencarian gerombolan ikan, biaya
eksploitasi dapat dikurangi dan dapat
dimanfaatkan oleh nelayan kecil.
Desain
rumpon, baik rumpon laut dalam maupun rumpon laut dangkal secara garis besar terdiri atas empat komponen utama
yaitu :
(1) pelampung (float).
(2) tali (rope),
(3) pemikat (atractor)
(4) pemberat (sinker).
Tali
yang menghubungkan pemberat dan
pelampung pada jarak tertentu disisipkan daun nyiur yang masih melekat pada pelepahnya setelah dibelah menjadi dua.
Panjang tali bervariasi , tetapi pada umumnya
adalah 1,5 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut ditanam (Subani,
1986). Tim pengkajian rumpon Institut
Pertanian Bogor (1987) memberikan persyaratan umum komponen-komponen dari konstruksi rumpon
adalah sebagai berikut :
(1) Pelampung
a. Mempunyai kemanpuan mengapung yang cukup baik (bagian
yang
mengapung diatas air 1/3
bagian)
b. Konstruksi cukup kuat
c. Tahan terhadap gelombang dan air
d. Mudah dikenali dari jarak jauh
e. Bahan
pembuatnya mudah didapat
(2) Pemikat
a. Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan
b. Tahan lama
c. Mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertical dengan
arah ke
bawah
e. Melindungi
ikan-ikan kecil
f. Terbuat dari bahan yang kuat, ahan lama dan murah
(3) Tali temali
a. Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk
b.
Harganya relatif murah
c.
Mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap
benda-benda lainnya dan
terhadap arus
d.
Tidak bersimpul (less knot)
(4) Pemberat
a. Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh
b. Massa
jenisnya besar, permukaannya tidak licin dan dapat
mencengkeram
Samples dan Sproul (1985),
mengemukakan teori tertariknya ikan yang berada di
sekitar rumpon disebabkan
karena :
1. Rumpon sebagai
tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis
ikan
tertentu
2. Rumpon sebagai
tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan-ikan tertentu.
3. Rumpon sebagai
sustrat untuk meletakkan telurnya bagi ikan-ikan tertentu.
4. Rumpon sebagai
tempat berlindung dari predator bagi ikan-ikan tertentu
5. Rumpon sebagai
tempat titik acuan navigasi (meeting point) bagi ikan-
ikan
tertentu yang beruaya.
Gooding
dan Magnuson (1967) melaporkan bahwa rumpon merupakan tempat stasiun pembersih
(cleaning place) bagi ikan-ikan tertentu. Dolphin dewasa umumnya akan mendekati bagian bawah floating
objects dan menggesekkan badannya. Tingkah
laku ikan ini sesuai dengan tingkah laku dari famili coryphaenids yang
memindahkan parasit atau menghilangkan
iritasi kulit dengan cara menggesekkannya.
Freon
dan Dagorn (2000), menambahkan teori tentang rumpon sebagai tempat berasosiasi (association place) bagi jenis-jenis
ikan tertentu. Ikan berkumpul disekitar
rumpon untuk mencari makan. Menurut Soemarto
(1962) dalam area rumpon terdapat plankton yang merupakan makanan ikan
yang lebih
banyak dibandingkan diluar
rumpon. Selanjutnya dijelaskan bahwa perairan yang
banyak planktonnya akan
menarik ikan untuk mendekat dan memakannya.
Soedharma (1994) mengemukakan bahwa organisme yang
pertama ada di pelepah daun kelapa
adalah perifiton. Hasil penelitian Yusfiandayani (2004) menemukan bahwa
ada sekitar 26 genus perifiton alga yang
teramati disekitar atraktor rumpon dan 9 genus untuk perifiton avertebrata. Perifiton alga yang
ditemukan antara lain Nitzchia, Rhizosolenia, Navicula, Peridinum, Amphiprora dan
Chaetoceros sedangkan perifiton avertebrata yang ditemukan antara lain Calanus, Balanus,
Thysanopoda, Microsetella dan Typhloscolex.
Selanjutnya
dijelaskan bahwa perifiton mempengaruhi laju perkembangan proses kolonisasi organisme pemangsa lainnya
termasuk juvenil ikan. Selanjutnya
dikemukakan bahwa selain perifiton ditemukan pula 23 jenis fitoplankton
dan 6 genus zooplankton. Jenis
fitoplankton antara lain Chaetoceros, Rhizosolenia dan Thysanessa sedangkan jenis zooplankton antara lain Eutintinus,
Eucalanus, Synchaeta dan Stolomophorus. Kelimpahan fitoplankton dan perifiton di
suatu perairan sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan yang meliputi fisika, kimia dan biologi.
Faktor-faktor tersebut antara lain
adalah suhu, kekeruhan, kecerahan, pH, gas-gas terlarut, unsur hara dan
adanya interaksi dengan
organisme lain (Odum, 1971).
Menurut
Jamal (2003) menyatakan bahwa parameter fisika/kimia perairan disekitar rumpon berada pada kisaran normal,
yaitu kecepatan arus berkisar antara 0,001-
0,30 m/det, suhu 29,33-30,33OC, salinitas 30-31 ppt, kecerahan
77,33-84,67 % serta oksigen terlarut
4-4,57 ppm.
Subani
(1986) mengemukakan bahwa ikan-ikan yang berkumpul disekitar rumpon menggunakan rumpon sebagai tempat berlindung
juga untuk mencari makan dalam arti luas
tetapi tidak memakan daun-daun rumpon tersebut. Selanjutnya dijelaskan
bahwa adanya ikan di sekitar rumpon
berkaitan dengan pola jaringan makanan dimana rumpon menciptakan suatu arena makan dan dimulai
dengan tumbuhnya bakteri dan mikroalga
ketika rumpon dipasang.
Kemudian mahluk renik ini bersama dengan hewan-hewan kecil lainnya, menarik perhatian ikan-ikan
pelagis ukuran kecil. Ikan-ikan pelagis ini
akan memikat ikan yang berukuran lebih besar untk memakannya.
Subani,
1986, menyatakan bahwa rumpon sebagai
tempat berlindung banyak ikan-ikan
tertentu yang berada disekitar rumpon
berenang pada sisi depan atau belakang atraktor di lihat dari arah arus. Kadang-kadang mereka bergerak
ke kiri dan ke kanan tetapi selalu
kembali ketempat semula demikian juga terhadap arus (sifat ikan umumnya
berenang menentang arus). Sedangkan dari
arah lapisan yang lebih dalam terdapat ikan pemangsa yang berenang ke pertengahan atau permukaan
perairan untuk memangsa ikan yang
berukuran lebih kecil. Perilaku bergerombol dari ikan dengan adanya
rumpon maka pemangsa akan mengalami
kesulitan dalam menyambar mangsanya karena ikan yang lemah terlindungi oleh adanya ikan lain dan
atraktor.
halo, mau tanya beberapa pertanyaan
BalasHapus1. untuk jenis tali rumpon kan ada banyak, yang membedakan mereka itu apa ya?
2. kalau jenis rumpon nylon untuk apa ya?
3. perbedaan diameter dari tiap tali rumpon fungsinya untuk apa? terima kasih.
trims atas infonya
BalasHapus