Senin, 29 Desember 2014

jenis rumpon dan cara menentukan lokasi rumpon



Penilaian Lokasi Pemasangan Rumpon Harus Memperhatikan :

a.       Apakah daerah tersebut tidak merupakan alur pelayaran atau kepentingan lainnya seperti daerah suaka, atau daerah lainnya. Pemasangan rumpon tidak boleh dilakukan pada daerah perairan tersebut.

b.      Apakah daerah tersebut tidak merupakan konsentrasi penangkapan ikan nelayan-nelayan yang tidak menggunakan rumpon, rumpon tidak boleh dipasang pada perairan tersebut.

c.       Apakah daerah tersebut berbatasan  dengan propinsi lain, untuk itu maka Dinas Perikanan dan Kelautan dari domisili pemohon izin rumpon ditujukan kepada propinsi tersebut.(   Indah R. 2009).

C. Macam-Macam Rumpon

A. Berdasarkan pada posisi / letak pengumpul ikan :

1.. Rumpon permukaan

          1.1.  Rumpon laut dangkal yaitu di pasang pada kedalaman 20-100 meter        untuk mengumpulkan jenis-jenis ikan pelagis kecl seperti : kembung, selar,     tembang, japuh, layang dan lain sebagainya.

1.2.   Rumpon laut dalam yaitu rumpon yang dipasang pada kedalaman 1200 – 3000  meter untuk mengumpulkan jenis-jenis ikan pelagis besar seperti  tuna, cakalang dan lain sebagainya yang berada di permukaan sampai pada kedalaman 60 meter dibawah permukaan laut. Pada posisi tertentu ikan tuna besar merupakan ikan yang dominan pada kedalaman lebih 100 meter, dibawah permukaan. Pada waktu tertentu (pagi hari dan sore hari) muncul ke permukaan perairan untuk mencari makanan. Pada kondisi ini di permukaan terdapat ikan kecil, misanya ikan layang, ikan tongkol dan lain-lainnya.  

2.   Rumpon Lapisan Tengah

 

 

 

3.   Rumpon Dasar

 

B. Bedasarkan Kemenetapan Pemasangan Rumpon

1.   Rumpon Menetap(memliki jangkar / pemberat berukuran besar) sehingga tidak dapat dipindahkan dan dipasang di perairan dalam dengan kondisi gelombang besar dan arus kuat, guna memikat / mengumpulkanjenis ikan pelagis besar.

2.   Rumpon yang dapat dipindahkan (terbuat dari bahan yang relatif ringan) sehingga memungkinkan untuk diangkat / dipindahkan guna memikat / megumpulkan jenis-jenis ikan pelagis kecil.

C. Berdasarkan Tingkat Teknologi

1.   Rumpon tradisional (teknologi sederhana) bahan-bahan pembuatan murah dan mudah didapat di sekitar lokasi pemasangan, biasa digunakan untuk perikanan sekala kecil. Penggunaan rumpon tradisional ini banyak ditemukan di daerah Mamuju (Sulawesi Selatan) dan Jawa Timur. Menurut Monintja(1993) rumpon banyak digunakan di Indonesia pada tahun 1980, sedangkan Negara yang sudah mengoperasikan  rumpon diantaranya Jepang,Philipina, Srilanka, Papua Nugini dan Australia. Beberapa alasan iakan sering ditemukan disekitar rumpon

               2.   Rumpon modren, investasi relatif besar umumnya digunakan oleh           

                  perikanan sekala besar / industri guna memikat / mengumpulkan jenis- 

                   jenis ikan pelagis besar.

D.Berdasarkan Pemasangan dan Pemanfaatan rumpon dibagi atas 3 jenis :
(a). Rumpon perairan dasar
(b). Rumpon perairan dangkal dan
(c). Rumpon perairan dalam. Menurut    Barus   et al. (1992  menjelaskan  
      bahwa metode pemasangan dari rumpon laut dangkal dan   dalam  
      hampir  sama, perbedaannya hanya pada desain rumpon, lokasi
                  daerah pemasangan serta bahan  yang digunakan . Rumpon laut   
                  dangkal menggunakan bahan dari alam  
                  seperti bambu, rotan, daun kelapa dan batu kali. Sebaliknya pada
                  rumpon laut dalam sebagian besa bahan yang digunakan bukan dari   
                  alam   melainkan berasal dari buatan seperti bahan  sintetis, plat besi,  
                  ban   bekas, tali baja, tali rafia serta semen.
Pemilihan tempat pemasangan rumpon harus memiliki kriteria sebagai berikut :
1). Merupakan daerah lintasan migrasi ikan yang menjadi    penangkapan
2). Tidak menggangu alur pelayaran atau di daerah yang dilarang           memasang rumpon
 3). Mudah untuk mencari dan mencapainya
4). Relatif dekat dengan pangkalan kapal
5). Dasar perairan relatif datar
Bahan yang digunakan bukan dari alam melainkan berasal dari buatan seperti bahan sintetis, plat besi, ban bekas, tali baja, tali rafia serta semen.
Rumpon di Indonesia merupakan Fish Aggregating Divice (FAD) skala kecil dan sederhana yang umumnya dibuat dari bahan tradisional. Rumpon tersebut ditempatkan pada kedalaman perairan yang dangkal dengan jarak 5 – 10 mil (9 – 18 km) dari pantai dan umumnya tidak lebih dari 10 – 20 mil laut (35 km) dari pangkalan terdekat (Mathews, Monintja dan Naamin,  1996).
Selanjutnya Subani (1972) menyatakan bahwa cara pengumpulan ikan dengan  ikatan berupa benda terapung merupakan salah satu bentuk dari FAD, yaitu metode,  benda atau bangunan yang dipakai sebagai sarana untuk penangkapan ikan dengan cara  memikat dan mengumpulkan ikan-kan tersebut. Rumpon merupakan alat bantu  penangkapan ikan yang fungsinya sebagai pembantu untuk menarik perhatian ikan agar  berkumpul disuatu tempat yang selanjutnya diadakan penangkapan.
Prinsip lain penangkapan dengan alat bantu rumpon disamping berfungsi sebagai pengumpul  kawanan ikan, pada hakekatnya adalah agar kawanan ikan mudah ditangkap sesuai dengan alat tangkap yang dikehendaki. Selain itu dengan adanya rumpon, kapal  penangkap dapat menghemat waktu dan bahan bakar, karena tidak perlu lagi mencari   dan mengejar gerombolan ikan dari dan menuju ke lokasi penangkapan. Direktorat Jenderal Perikanan (1995) melaporkan beberapa keuntungan dalam penggunaan rumpon yakni : memudahkan pencarian gerombolan ikan, biaya eksploitasi  dapat dikurangi dan dapat dimanfaatkan oleh nelayan kecil.

Desain rumpon, baik rumpon laut dalam maupun rumpon laut dangkal secara  garis besar terdiri atas empat komponen utama yaitu :
           (1) pelampung (float).
           (2) tali (rope),
           (3) pemikat (atractor)  
           (4) pemberat (sinker).
Tali yang menghubungkan pemberat  dan pelampung pada jarak tertentu disisipkan daun nyiur yang masih melekat pada  pelepahnya setelah dibelah menjadi dua. Panjang tali bervariasi , tetapi pada umumnya  adalah 1,5 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut ditanam (Subani, 1986). Tim  pengkajian rumpon Institut Pertanian Bogor (1987) memberikan persyaratan umum  komponen-komponen dari konstruksi rumpon adalah sebagai berikut :
      (1) Pelampung
a. Mempunyai kemanpuan mengapung yang cukup baik (bagian yang
                mengapung diatas air 1/3 bagian)
b. Konstruksi cukup kuat
c. Tahan terhadap gelombang dan air
d. Mudah dikenali dari jarak jauh
e.         Bahan pembuatnya mudah didapat
      (2) Pemikat
a. Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan
b.         Tahan lama
c. Mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertical dengan arah ke    
                 bawah
e.         Melindungi ikan-ikan kecil
f. Terbuat dari bahan yang kuat, ahan lama dan murah
       (3) Tali temali
a. Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk
b. Harganya relatif murah
c. Mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap
                benda-benda lainnya dan terhadap arus
d. Tidak bersimpul (less knot)
       (4) Pemberat
a. Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh
b. Massa jenisnya besar, permukaannya tidak licin dan dapat    
                mencengkeram
Samples dan Sproul (1985), mengemukakan teori tertariknya ikan yang berada di
sekitar rumpon disebabkan karena :
1.   Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis
ikan tertentu
2.   Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan-ikan tertentu.
3.   Rumpon sebagai sustrat untuk meletakkan telurnya bagi ikan-ikan  tertentu.
4.   Rumpon sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikan-ikan tertentu
5.   Rumpon sebagai tempat titik acuan navigasi (meeting point) bagi ikan-     
ikan tertentu yang beruaya.
Gooding dan Magnuson (1967) melaporkan bahwa rumpon merupakan tempat stasiun pembersih (cleaning place) bagi ikan-ikan tertentu. Dolphin dewasa umumnya  akan mendekati bagian bawah floating objects dan menggesekkan badannya. Tingkah  laku ikan ini sesuai dengan tingkah laku dari famili coryphaenids yang memindahkan  parasit atau menghilangkan iritasi kulit dengan cara menggesekkannya.
Freon dan Dagorn (2000), menambahkan teori tentang rumpon sebagai tempat berasosiasi  (association place) bagi jenis-jenis ikan tertentu.  Ikan berkumpul disekitar rumpon untuk mencari makan. Menurut Soemarto  (1962) dalam area rumpon terdapat plankton yang merupakan makanan ikan yang lebih
banyak dibandingkan diluar rumpon. Selanjutnya dijelaskan bahwa perairan yang
banyak planktonnya akan menarik ikan untuk mendekat dan memakannya.    
Soedharma  (1994) mengemukakan bahwa organisme yang pertama ada di pelepah daun kelapa  adalah perifiton. Hasil penelitian Yusfiandayani (2004) menemukan bahwa ada sekitar  26 genus perifiton alga yang teramati disekitar atraktor rumpon dan 9 genus untuk   perifiton avertebrata. Perifiton alga yang ditemukan antara lain Nitzchia, Rhizosolenia,  Navicula, Peridinum, Amphiprora dan Chaetoceros sedangkan perifiton avertebrata  yang ditemukan antara lain Calanus, Balanus, Thysanopoda, Microsetella dan   Typhloscolex.
Selanjutnya dijelaskan bahwa perifiton mempengaruhi laju perkembangan   proses kolonisasi organisme pemangsa lainnya termasuk juvenil ikan. Selanjutnya  dikemukakan bahwa selain perifiton ditemukan pula 23 jenis fitoplankton dan 6 genus  zooplankton. Jenis fitoplankton antara lain Chaetoceros, Rhizosolenia dan Thysanessa   sedangkan jenis zooplankton antara lain Eutintinus, Eucalanus, Synchaeta dan  Stolomophorus.   Kelimpahan fitoplankton dan perifiton di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh  faktor-faktor lingkungan yang meliputi fisika, kimia dan biologi. Faktor-faktor tersebut  antara lain adalah suhu, kekeruhan, kecerahan, pH, gas-gas terlarut, unsur hara dan
adanya interaksi dengan organisme lain (Odum, 1971).
Menurut Jamal (2003) menyatakan bahwa parameter fisika/kimia perairan  disekitar rumpon berada pada kisaran normal, yaitu kecepatan arus berkisar antara 0,001-  0,30 m/det, suhu 29,33-30,33OC, salinitas 30-31 ppt, kecerahan 77,33-84,67 % serta  oksigen terlarut 4-4,57 ppm.
Subani (1986) mengemukakan bahwa ikan-ikan yang berkumpul disekitar rumpon  menggunakan rumpon sebagai tempat berlindung juga untuk mencari makan dalam arti  luas tetapi tidak memakan daun-daun rumpon tersebut. Selanjutnya dijelaskan bahwa  adanya ikan di sekitar rumpon berkaitan dengan pola jaringan makanan dimana rumpon  menciptakan suatu arena makan dan dimulai dengan tumbuhnya bakteri dan mikroalga
ketika rumpon dipasang. Kemudian mahluk renik ini bersama dengan hewan-hewan   kecil lainnya, menarik perhatian ikan-ikan pelagis ukuran kecil. Ikan-ikan pelagis ini  akan memikat ikan yang berukuran lebih besar untk memakannya.
Subani, 1986, menyatakan bahwa  rumpon sebagai tempat berlindung banyak  ikan-ikan tertentu  yang berada disekitar rumpon berenang pada sisi depan atau belakang atraktor di lihat  dari arah arus. Kadang-kadang mereka bergerak ke kiri dan ke kanan tetapi selalu   kembali ketempat semula demikian juga terhadap arus (sifat ikan umumnya berenang  menentang arus). Sedangkan dari arah lapisan yang lebih dalam terdapat ikan pemangsa  yang berenang ke pertengahan atau permukaan perairan untuk memangsa ikan yang  berukuran lebih kecil. Perilaku bergerombol dari ikan dengan adanya rumpon maka  pemangsa akan mengalami kesulitan dalam menyambar mangsanya karena ikan yang  lemah terlindungi oleh adanya ikan lain dan atraktor.

2 komentar:

  1. halo, mau tanya beberapa pertanyaan
    1. untuk jenis tali rumpon kan ada banyak, yang membedakan mereka itu apa ya?
    2. kalau jenis rumpon nylon untuk apa ya?
    3. perbedaan diameter dari tiap tali rumpon fungsinya untuk apa? terima kasih.

    BalasHapus